Fenomena Hujan Darah, Hewan, Dan Materi Organik
Memahami
fenomena hujan
hewan, darah dan
materi organik
Hujan hewan dan darah.
Ini adalah salah satu
topik yang paling sering
dibahas oleh para
blogger misteri. Namun
fenomena ini menjadi
lebih familiar di telinga
kita akhir-akhir ini
karena siaran-siaran
televisi mengkaitkannya
dengan fenomena mistik
(walaupun fenomena
yang disinggung
sebenarnya telah
berlangsung beberapa
tahun yang lalu). Karena
itu, tidak ada salahnya
kita kembali mereview
fenomena ini dan melihat
kaitannya dengan dunia
sains.
Ketika
kita
mendengar
nama
" hujan
hewan",
mungkin
kita
segera
beranggapan
kalau
sebutan
ini
adalah sebuah idiom.
Tetapi, sesungguhnya nama
ini benar-benar
mencerminkan peristiwa
yang sebenarnya, yaitu
jatuhnya hewan-hewan
seperti ikan atau kodok ke
bumi. Walaupun
berhubungan dengan
hewan, fenomena ini lebih
sering dikaitkan dengan
fenomena meteorologi.
Kita akan melihat sebabnya
nanti.
Fenomena ini tidak
terbatas pada jatuhnya
hewan-hewan saja,
melainkan juga materi-
materi organik lainnya
seperti daging atau darah.
Walaupun baru
dihebohkan akhir-akhir ini
oleh beberapa siaran
televisi, catatan mengenai
keberadaan fenomena ini
sebenarnya telah
berlangsung sejak ribuan
tahun yang lalu.
Contohnya Pliny the
elder, seorang sejarawan
Romawi kuno yang hidup
pada abad ke-1 Masehi,
pernah menyebutkan
mengenai adanya badai
kodok dan ikan.
Jadi, fenomena ini jelas
bukan sesuatu yang baru.
Lalu, apa yang
menyebabkannya? apakah
fenomena ini berkaitan
dengan peristiwa mistik?
Jawabannya: tentu saja
tidak.
Penyebab
Fenomena
Pernahkah
kalian
menonton
film
berjudul
Twister?
Dari
judulnya
saja,
kita
tahu kalau film ini
bercerita mengenai
tornado. Dalam salah satu
adegan, kita bisa melihat
sebuah tornado berskala 5
mengamuk dengan ganas.
Setiap benda yang
dilewatinya dihisap dan
terangkat ke langit,
entahkah itu rumah,
pohon, sapi atau bahkan
sebuah truk berukuran
besar.
Setelah beberapa lama
terbang di langit, ketika
kekuatan tornado
melemah, benda-benda
yang diterbangkannya akan
terhempas kembali ke
bumi. Dengan kata lain
terjadi hujan puing, pohon,
truk dan tentu saja sapi.
Sama seperti apa yang
digambarkan di film
tersebut, fenomena hujan
hewan kebanyakan
disebabkan oleh angin
tornado, baik yang
terbentuk di darat atau di
perairan (waterspout).
Salah satu deskripsi yang
meneguhkan kesimpulan
ini dapat ditemukan pada
cuplikan berita yang
dimuat di sebuah harian di
Minneapolis, Amerika
Serikat, pada Juli 1901:
"Ketika badai sedang
bertiup dengan kencang-
kencangnya, terlihat
sebuah kumpulan besar
berwarna hijau seperti
sedang turun dari langit,
lalu terdengar suara rintik-
rintik aneh. Ketika badai
reda, para penduduk
menemukan berbagai jenis
katak menutupi area seluas
lebih dari empat blok,
bahkan di beberapa ruas
jalan, jumlah katak sangat
banyak sehingga jalan itu
tidak dapat dilewati."
Dalam kondisi badai petir,
sebuah tornado mini bisa
terbentuk. Ketika tornado
mini ini bergerak melewati
air dimana terdapat ikan
atau kodok, angin ini akan
mengangkat hewan-hewan
tersebut hingga sejauh
beberapa mil. Cepat atau
lambat, hewan-hewan
tersebut akan jatuh ke
bumi. Dalam beberapa
kasus, ada hewan yang
masih hidup ketika jatuh ke
bumi. Dalam kasus lain,
hewan-hewan tersebut
sudah berada dalam
kondisi mati atau
membeku.
Selain karena tornado yang
terbentuk di darat, Hujan
hewan juga bisa
disebabkan oleh tornado
yang terbentuk di perairan
yang biasa disebut
waterspout. Kolom udara
ini diperkirakan telah
menghisap hewan-hewan
yang ada di air dan
membawanya terbang
hingga menjatuhkannya ke
tempat lain yang berjarak
cukup jauh. Ini bisa
menjelaskan mengapa
dalam banyak kasus hujan
hewan, hanya ditemukan
hewan-hewan air tanpa
adanya benda-benda darat
seperti rumput atau kayu.
Hujan hewan lainnya
Dari antara fenomena
hujan hewan, hujan ikan
adalah yang paling umum
terjadi. Misalnya, peristiwa
hujan ikan di Singapura
yang terjadi pada tahun
1861. Lalu di Rhode Island
pada tahun 1900 atau di
India pada tahun 2009.
Yang menarik adalah,
fenomena hujan ikan yang
terjadi setiap tahun antara
bulan Mei dan Juli di
Honduras dan telah
berlangsung selama lebih
dari 100 tahun. Sebelum
hujan ikan terjadi, memang
para penduduk selalu
melaporkan adanya badai
petir yang mendahului.
Selain ikan, hewan lainpun
tidak luput dari
cengkeraman sang
tornado.
Pada tanggal 1 Agustus
1869, seekor sapi
dikabarkan jatuh dari langit
di California. Peristiwa
serupa juga dilaporkan
pada tahun 1876 di
Kentucky. Sekarang,
dengan adanya teknologi
kamera perekam, sapi yang
dibawa angin dan jatuh
bukan lagi sesuatu yang
aneh. Ya, walaupun hanya
satu ekor, sapi yang jatuh
pun disebut "hujan sapi".
Pada tahun 1894, di kota
Bath, Inggris, terjadi hujan
ubur-ubur.
Pada tanggal 6 April 2007,
terjadi hujan laba-laba di
propinsi Salta, Argentina.
Pada tanggal 11 Juli 2007,
terjadi hujan cacing di
Louisiana, Amerika Serikat.
Cacing-cacing ini dipercaya
terbawa semburan angin
dari Lacassine Bayou yang
jaraknya 5 mil dari lokasi
peristiwa.
Pada Juni 2009, terjadi
hujan ikan dan kecebong di
perfektur Ishikawa,
Jepang. peristiwa Ishikawa
ini adalah peristiwa yang
paling banyak diberitakan
oleh televisi Indonesia
akhir-akhir ini.
Lalu, pada tanggal 11
Maret 2010, saya
memposting mengenai
peristiwa jatuhnya lebih
dari 100 ekor burung jalak
di Somerset, Inggris, yang
dilaporkan oleh seorang
perempuan bernama Julie
Knight. Walaupun
peristiwa ini belum tentu
disebabkan oleh angin,
tetapi peristiwa inipun bisa
disebut sebagai "hujan
burung".
Namun, masih ada satu
misteri yang meliputi
fenomena hujan hewan.
Teori tornado mini
memang dianggap bisa
menjawab cara membawa
hewan-hewan tersebut ke
darat, namun para peneliti
masih berusaha memahami
mengapa pada umumnya
hanya satu jenis hewan
yang jatuh ke bumi setiap
kali hujan. Teka-teki ini
masih belum mendapatkan
pemecahannya hingga saat
ini.
Hujan Materi Organik
Sama dengan fenomena
hujan hewan, masih ada
bagian-bagian dari
fenomena hujan organik
yang belum dapat
dipahami sepenuhnya oleh
para peneliti.
Salah satu peristiwa yang
berhubungan dengan
hujan materi organik
adalah peristiwa hujan
daging segar yang terjadi
pada tanggal 9 Maret 1876
di Olympia Springs,
Amerika Serikat. Menurut
saksi mata bernama Allen
Crouch, potongan-
potongan daging kecil
berjatuhan dari langit di
halaman rumahnya seperti
butiran salju. Dua pria yang
meneliti gumpalan daging
itu menyimpulkan kalau
daging itu kemungkinan
adalah daging menjangan
atau domba. Sebagian
orang menduga kalau
daging itu berasal dari
domba-domba yang
tercincang ketika terbawa
angin.
Lalu, yang kembali
dihebohkan pada akhir-
akhir ini adalah hujan
merah atau hujan darah
Kerala yang terjadi pada
Juli 2001 di India.
Hujan
darah
Kerala
Pada
tanggal
13 Mei
2009,
saya
pernah
memposting
mengenai
topik
ini
secara ringkas. Namun,
pada tulisan tersebut saya
memang belum
menyampaikan hasil
kesimpulan resmi para
peneliti. Karena itu saya
akan sedikit membahasnya
kembali.
Pertama kita harus tahu
kalau istilah "hujan darah"
tidak berarti benar-benar
terjadi hujan darah hewan
atau manusia. istilah
"darah" hanya digunakan
untuk merujuk kepada
materi air yang berwarna
merah. Walaupun langka,
namun peristiwa "hujan
darah" bukan sesuatu
yang asing dalam dunia
sains. Contohnya, peristiwa
serupa juga pernah terjadi
di Columbia pada tahun
2008.
Beberapa peneliti telah
mengajukan teori
mengenai hujan merah
Kerala. Salah satunya
adalah teori yang
mengatakan kalau materi
merah yang bercampur
dengan air hujan itu adalah
darah sejumlah besar
kelelawar yang terbunuh
ketika melewati badai.
Sebagian lain percaya kalau
warna merah itu adalah
pasir gurun yang terbawa
angin dan jatuh bersamaan
dengan hujan.
Lalu, ada lagi teori yang
menyebutkan kalau
partikel merah itu
sebenarnya adalah debu
meteor. Pada kasus "Hujan
darah" yang terjadi di
Sisilia pada tahun 1872,
peneliti berhasil
menemukan adanya
kandungan besi merah
yang membuat mereka
mengambil kesimpulan
kalau partikel merah itu
diakibatkan oleh debu
meteor.
Sebagian lagi percaya kalau
warna merah itu mungkin
disebabkan oleh sejenis
bakteri karena peristiwa
serupa (walaupun bukan
berupa hujan) pernah
terlihat di Antartika
dimana saljunya
mengeluarkan cairan
merah seperti darah. Saya
pernah memposting
mengenai ini pada tanggal
14 Mei 2010.
Namun, mengenai hujan
darah Kerala sendiri,
pemerintah India bersama
Centre for earth Science
Studies telah
mengeluarkan pernyataan
resmi kalau penyebab
warna merah tersebut
adalah spora sejenis alga
yang termasuk ke dalam
genus Trentepohlia. Alga
jenis ini memang banyak
terdapat di wilayah Kerala.
Penemuan ini didukung
oleh Seffield University
yang bersama dengan
Dr.Chandra
Wickramasinghe telah
lama mempelajari spora
stratosferik secara
mendalam.
Dr.Wickramasinghe
mengatakan kalau partikel
merah pada hujan Kerala
mirip seperti jamur karat
dan ia juga menegaskan
tidak adanya darah pada
hujan tersebut.
Namun, walaupun
penyebab warna merah
pada air hujan telah
diketahui, para peneliti
masih belum bisa
memastikan bagaimana
spora itu bisa menyebar
dalam jumlah besar. Tetapi
paling tidak, kita tahu
kalau peristiwa ini sama
sekali tidak berhubungan
dengan sesuatu yang
mistik.
Peristiwa Nelayan
Jepang dan Sapi Langit
Sebelum saya akhiri tulisan
ini, saya ingin menceritakan
sebuah kisah untuk kalian
para pembaca. Kisah ini
mengenai seekor sapi yang
jatuh dari langit.
Pada tahun 1997, Tim
penyelamat Jepang berhasil
menyelamatkan sejumlah
nelayan yang telah
berpegangan di puing-
puing kapal mereka di laut
lepas selama beberapa jam.
Yang menarik adalah,
pengakuan mereka
mengenai penyebab
tenggelamnya kapal
mereka.
Menurut nelayan-nelayan
itu, seekor sapi telah jatuh
dari langit, menimpa kapal
mereka dan
menyebabkannya
tenggelam. Pihak
berwenang yang
mendengar pengakuan ini
mengira mereka sedang
bercanda dan segera
menjadi gusar. Lalu, para
nelayan yang malang itu
segera dimasukkan ke
dalam penjara.
Tidak lama kemudian,
angkatan udara Rusia
menginformasikan kepada
pihak otoritas Jepang kalau
salah satu kru mereka
telah mencuri seekor sapi
untuk dipotong. Sapi itu
kemudian dimasukkan ke
dalam pesawat dan dibawa
terbang. Ketika pesawat
sedang mengudara, sapi itu
menjadi marah dan mulai
mengacaukan situasi,
mungkin karena panik atau
mabuk udara.
Untuk menyelamatkan
pesawat yang sedang
terbang, para kru
memutuskan untuk
melempar sapi itu keluar.
Dan akhirnya, kita
mendapatkan sebuah
kapal penangkap ikan yang
tenggelam dan para
nelayannya yang berjuang
memegang puing-puing
kapal sambil berusaha
merenungkan peristiwa
yang baru saja menimpa
mereka.
Ini baru namanya hari yang
sial.
Jadi, ketika kita melihat
keluar dan masih melihat
tetesan air bening yang
turun ke bumi, mungkin
kita harus mengucap
syukur karenanya (ingat
nasib para nelayan Jepang).
(wikipedia, bbc.co.uk,
rulesmasters.com,
thelivingmoon.com)
Tidak ada komentar
Jika ada pertanyaan, sekedar sharing pendapat, dll, Silakan Isi komentar di bawah ini: