Kiat menghadapi ekonomi sulit
Bagaimana mengatasi Krisis
Ekonomi Global?? Hal pertama
yang harus kita perhatikan
terhadap apapun dampak
krisis global ini adalah Allah
itu bersifat ar-Razzaq yaitu
yang Maha Menyediakan
rezeki. Dialah yang
menyebabkan harta kekayaan
bertambah atau berkurang.
Seorang mukmin sejati tidak
akan pernah merasa
bermasalah terhadap naik dan
turunnya harta kekayaan,
karena pada kenyataannya
hal itu adalah untuk kemajuan
keimanannya ketika Tuhan
memanifestasikan sifat-Nya
dengan karunia-Nya.
Pada hari ini, seluruh dunia
telah diliputi oleh krisis
financial. Krisis Ekonomi
Global. Seluruh negara-negara
di dunia, baik itu negara maju
maupun negara berkembang
telah terjebak dalam kesulitan
yang sangat rumit. Beberapa
negara yang sebelumnya
menikmati kondisi ekonomi
yang kuat, sebegitu rupa
mereka yakin akan dapat
mengatur dunia disebabkan
mereka mempunyai teknologi
yang sangat canggih (dalam
hal ilmu pengetahuan,
pangan, senjata, obat-obatan)
dan negara-negara yang lain
selamanya memiliki
ketergantungan dengan
mereka karena eksistensi
mereka, terlihat hancur di
depan mata mereka sendiri.
Faktanya dari masalah
tersebut adalah bahwa
ekonomi mereka ditopang
oleh kebijakan yang sangat
rapuh yang menyebabkannya
collaps terkena dampak dari
krisis ekonomi global.
Firman Allah Taala dalam
Alquran Karim:
“Dan apakah mereka tidak
memperhatikan bahwa
sesungguhnya Allah
melapangkan rezeki bagi
siapa yang dikehendaki-Nya
dan Dia (pula) yang
menyempitkan (rezeki itu).
Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum
yang beriman.
Maka berikanlah kepada
kerabat yang terdekat akan
haknya, demikian (pula)
kepada fakir miskin dan
orang-orang yang dalam
perjalanan. Itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang
mencari keridaan Allah; dan
mereka itulah orang-orang
beruntung.
Dan sesuatu riba (tambahan)
yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah.
Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai
keridaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat
gandakan (pahalanya).
Allah-lah yang menciptakan
kamu, kemudian memberimu
rezeki, kemudian
mematikanmu, kemudian
menghidupkanmu (kembali).
Adakah di antara yang kamu
sekutukan dengan Allah itu
yang dapat berbuat sesuatu
dari yang demikian itu? Maha
Sucilah Dia dan Maha Tinggi
dari apa yang mereka
persekutukan”. (ar-Ruum
[30]:38-41)
Hal pertama yang harus kita
perhatikan terhadap apapun
dampak krisis global ini
adalah Allah itu bersifat ar-
Razzaq yaitu yang Maha
Menyediakan rezeki. Dialah
yang menyebabkan harta
kekayaan bertambah atau
berkurang. Seorang mukmin
sejati tidak akan pernah
merasa bermasalah terhadap
naik dan turunnya harta
kekayaan, karena pada
kenyataannya hal itu adalah
untuk kemajuan keimanannya
ketika Tuhan
memanifestasikan sifat-Nya
dengan karunia-Nya.
Pada hari ini, seluruh dunia
telah diliputi oleh krisis
financial. Seluruh negara-
negara di dunia, baik itu
negara maju maupun negara
berkembang telah terjebak
dalam kesulitan yang sangat
rumit.Beberapa negara yang
sebelumnya menikmati kondisi
ekonomi yang kuat, sebegitu
rupa mereka yakin akan dapat
mengatur dunia disebabkan
mereka mempunyai teknologi
yang sangat canggih (dalam
hal ilmu pengetahuan,
pangan, senjata, obat-obatan)
dan negara-negara yang lain
selamanya memiliki
ketergantungan dengan
mereka karena eksistensi
mereka, terlihat hancur di
depan mata mereka sendiri.
Faktanya dari masalah
tersebut adalah bahwa
ekonomi mereka ditopang
oleh kebijakan yang sangat
rapuh yang menyebabkannya
collaps terkena dampak dari
krisis ekonomi global.
Sang Pengatur yang
sesungguhnya adalah Tuhan,
akan tetapi negara-negara
super power telah gagal untuk
memahami hal ini. Solusi-
solusi yang mereka sedang
usahakan untuk
menyelamatkan
perekonomiannya tidak akan
bertahan lama, sebab solusi
tersebut bukan solusi yang
handal. Solusi yang
sebenarnya hanyalah berada
di dalam kedekatan kepada
Tuhan dan mengikuti seluruh
ajaran-Nya. Sangat
disayangkan, negara-negara
Muslim juga terlibat dalam
praktek-praktek yang sama
dengan mereka ketimbang
mengikuti petunjuk yang ada
di dalam al-Quran dan negara-
negara tersebut sedikit pun
tidak memiliki rasa bersalah
ataupun rasa malu. Para
pemimpin dari negara-negara
ini memiliki rasa egois yang
begitu ekstrim dan mereka
lebih tertarik untuk terus
mengisi account bank
pribadinya. Negara-negara di
Timur Tengah (negara kaya
minyak) lebih memilih untuk
terus membangun
infrastruktur yang lebih
modern untuk mereka sendiri,
akan tetapi mereka tidak
menggunakan sumber
kekayaan alamnya
sebagaimana yang Tuhan
telah perintahkan yaitu untuk
membantu negara-negara
Muslim lainnya yang miskin.
Bahkan mereka telah
menginventasikan
keuntungannya dan harta
kekayaannya di negara-
negara Barat supaya mereka
dapat mengakumulasikan
bunganya di depositonya. Di
sisi lain, mereka
mengembangkan sebuah
system Bank islam untuk
merealisasikan tujuan-
tujuannya di negaranya
sendiri, yang faktanya
hanyalah seperti pelabelan
saja dan sistemnya sama
dengan riba atupun bunga dan
tetap tidak mengikuti ajaran
dari al-Quran.
Allah Yang Maha
Menyediakan Rezeki,
memperingatkan orang-orang
yang beriman untuk
membelanjakan sebagian
rezekinya terhadap
keluarganya, fakir miskin, dan
musafir demi untuk meraih
keridhaan Allah dan untuk
mendapatkan kemakmuran
dalam hal spiritual maupun
material dengan baik. Seorang
mukmin yang sejati bukanlah
seseorang yang mengeluarkan
kata-kata tak bermakna dari
mulutnya, akan tetapi dia
adalah seorang yang memiliki
keyakinan yang kuat terhadap
Tuhannya, Yang Telah
Menyediakan segala
keperluannya, dan dia
membelanjakan kembali apa
yang dia peroleh sesuai
dengan keinginan Tuhan. Yang
perlu digaris bawahi dalam
hal ini adalah, kita harus ingat
seorang muslim adalah
saudara dari muslim lainnya,
sama halnya bahwa negara-
negara Muslim adalah
bersudara satu sama lain,
bahwasanya mereka harus
membantu negara-negara
Muslim lainnya yang miskin
dan bukan menganggap
bantuan tersebut sebagai
sedekah melainkan sebagai
sebuah pemenuhan terhadap
tanggung jawab Agama.
Seharusnya negara-negara
Muslim yang kaya memenuhi
tanggung jawab ini daripada
menginvestasikan
kekayaannya di negara-
negara Barat untuk
memperoleh bunga, mereka
seharusnya mencari keridhaan
Tuhan akan tetapi mereka
telah gagal untuk
melakukannya dan sekarang
mereka menderita
kemalangan sebagai akibat
dari krisis ekonomi global.
Mirza Masroor Ahmad,
khalifah ahmadiyah
menjelaskan dalam bahasa
yang sederhana tentang akar
permasalahan penyebab dari
krisis ekonomi yang sekarang
ini sedang terjadi, dengan
menitikberatkan pada sebuah
fakta bahwa institusi-institusi
yang memberikan pinjaman di
negara-negara Barat
sebenarnya menggunakan
dana deposito dari kekayaan
client mereka dan
menyalurkan uang ini sebagai
pinjaman untuk beberapa
keperluan, untuk membeli
rumah dan beberapa item
pribadi lainnya. Uang tersebut
sebagian besar hampir tidak
dipinjamkan untuk proyek-
proyek yang produktif, dimana
sebenarnya akan lebih dapat
memperkuat perekonomian
dengan menciptakan banyak
resource. Pinjaman-pinjaman
ini telah diserahkan dengan
persyaratan yang mudah
(sebagai contoh uang muka
yang rendah, dan dalam
beberapa kasus hingga 0%
deposits). Kemudian para
peminjam tidak menaruh
perhatian terhadap sejumlah
uang yang harus dia bayarkan
untuk bunganya sesuai
persyaratan dalam
kontraknya. Ketika income
yang diperolehnya mengalami
penurunan, dan dia harus
menjalankan rumah
tangganya selama masa
pembayaran hutangnya, dia
telah mendapati dirinya
tenggelam begitu dalam ke
dalam jurang hutang yang
membuatnya sangat mustahil
untuk bisa membayar kembali
hutangnya dalam beberapa
kasus. Ketika pelunasan
hutang dari banyak client
mengalami kemacetan,
banyak Bank menghentikan
pinjaman uang karena dana
tidak dengan cepat dapat
disediakan. Sebagai akibatnya
adalah terjadinya krisis
ekonomi global.
Beberapa negara mengklaim
bahwa mereka tidak terkena
imbas dari krisis ini, sebagai
contoh negara-negara Timur
Tengah, mereka telah
membuat pernyataan yang
salah, pertama, investasi luar
negri mereka menjadi
menyusut dalam nilainya dan
yang kedua mereka memiliki
ketergantungan terhadap
sumber kekayaan alam
mereka, sebagai contoh
terhadap minyak yang juga
mengalami penyusutan nilai
yang hebat. Sebuah editorial
surat kabar dengan judul
“Lautan Hutang” memberikan
pernyataan bahwa
perekonomian Amerika telah
masuk ke dalam kondisi yang
sangat sulit sehingga mustahil
untuk dapat memulihkannya
dengan mudah.
Faktanya, seluruh dunia
sedang menghadapi situasi
yang sama. Di Amerika, para
pengguna kartu kredit yang
demikian banyaknya
menjadikan mereka terpuruk
dan tidak dapat memperoleh
kemajuan karena mereka
telah terlibat satu bentuk
kecerobohan dalam
pembelanjaan. Sekarang dana
yang tidak bisa dengan segera
disediakan dan terdapat
pembatasan-pembatasan dari
perusahaan-perusahaan credit
card menyebabkan masing-
masing individu menekan diri
untuk berbelanja. Angka
penjualan mobil mengalami
penurunan tajam dan air
travel juga mengalami
kemerosotan drastis. Ini
adalah sebagai hasil dari
berkurangnya konsumsi bahan
bakar disebabkan harga
minyak sangat jatuh. Sebagai
tambahan, daya beli terhadap
semua kebutuhan pribadi
mengalami penurunan
sehingga sebagai hasilnya
adalah meningkatnya depresi
individu.
Sehingga Allah berfirman
bahwa siapa yang
menggunakan riba sebagai
sebuah bentuk income adalah
sama dengan berdirinya orang
yang kemasukan syetan.
“Orang-orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-
orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang mengulangi
(mengambil riba), maka orang
itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di
dalamnya”. (2:276)
Di tempat lain, Allah telah
menyatakan riba itu haram.
Menggunakan riba
menyebabkan seseorang jatuh
ke dalam lingkaran setan, dan
membuatnya sangat sulit
untuk melepaskan diri
daripadanya. ada sebuah
anekdote bahwa “Jika
tetanggaku kehilangan
pekerjaan, itu adalah resesi.
Jika aku kehilangan pekerjaan,
itu adalah depresi”. Anekdot
ini hanyalah memberikan poin
terhadap situasi global saat
ini, dimana ribuan pekerjaan
telah lenyap. Mirza Masroor
Ahmad memperingatkan
seluruh dunia dengan kata-
kata yang keras, jika masih
ada sedikit rasa di dalam
dirimu,tinggalkan penggunaan
dari riba. Kebalikannya,
berinvestasilah dalam bidang
perdagangan sesuai dengan
ajaran islam yang seharusnnya
negara-negara Muslim dapat
memimpin dalam bidang ini.
Selanjutnya beliau
memberikan contoh beberapa
negara seperti Pakistan dan
beberapa negara Afrika,
dimana pemimpin-pemimpin
negara tersebut telah menjadi
sangat corrupt dengan
ekstrimnya dan tidak setia
terhadap negaranya sendiri,
seperti memasukkan bahan
bakar ke dalam api. Beberapa
negara tetap bisa bertahan di
atas pinjaman dari negara-
negara kaya akan tetapi tidak
memiliki metode bagaimana
mereka harus membayar
kembali hutang-hutangnya.
Negara-negara ini telah
diberkati dengan kekayaan
alam akan tetapi mereka
telah melakukan praktek-
praktek yang memalukan
dengan mengharapkan dana
dari negara-negara lain dari
waktu ke waktu.
Kenyataannya mereka telah
melupakan ajaran dari Tuhan
Yang Maha Kuasa dan mereka
akan terkena murka dari
Tuhan. system dari riba ini
menciptakan jurang pemisah
yang begitu dalam antara
yang kaya dan miskin akan
tetapi system islam seperti
zakat menciptakan hubungan
yang harmonis antara seluruh
anggota masyarakat. Mirza
Masroor Ahmad
menasehatkan bahwa setiap
orang dan lebih khusus lagi
kepada umat islam
seharusnya mereka
menghentikan segala bentuk
pinjaman, hal ini dapat
mencegah dari berbagai
macam krisis ekonomi supaya
krisis ini tidak akan berulang
beberapa tahun lagi ke depan.
Di dalam pembacaan ayat
Quran pada awal khutbah,
Beliau mengingatkan bahwa
Allah tidak hanya
menciptakan kita akan tetapi
juga menjanjikan untuk
menyediakan rezeki untuk
ciptaan-Nya, dalam kondisi
bahwa kita mengikuti
perintah-perintah-Nya.
Ketidakstabilan dan frustasi
serta perang dingin yang
sekarang ini terjadi di dunia
adalah sebagai akibat dari
kekayaan dunia yang hanya
dipergunakan oleh segelintir
golongan kaya sedangkan
golongan yang lemah hanya
bisa melihat dari jauh tanpa
pernah mendapatkan bagian
untuk diri mereka sendiri.
Alasan lainnya dari rusaknya
kedamaian dunia juga
merupakan cabang dari
kenyataan yang terjadi bahwa
negara-negara kaya
memanfaatkan kekayaan
alam negara-negara
berkembang untuk digunakan
demi keuntungannya sendiri.
Tradisi islam sangat mengutuk
hal ini.
Kemudian Mirza Masroor
Ahmad mengatakan bahwa
dunia harus memahami
beberapa aturan berharga ini
untuk dapat menghentikan
krisis ekonomi ini :
1. Belajar untuk berdiri
dengan kemampuan sendiri,
baik itu sebagai individu
maupun level negara.
Tetaplah merasa puas sesuai
dengan kemampuan kalian
dan jangan tergiur untuk
membeli rumah yang besar
dan mobil mewah yang akan
menekanmu terlibat ke dalam
system hutang.
2. Jauhkan diri dari system
riba
3. Kekayaan dari suatu
negara harus terlepas dari
usaha untuk mengatur
kekayaan alam negara lain.
Negara-negara berkembang
harus percaya diri bahwa
sumber kekayaan negaranya
akan dapat dimanfaatkan
untuk keuntungan negaranya
sendiri meskipun masih ada
intervensi dari Internasional.
4. Pemimpin-pemimpin
negara harus loyal dan
memiliki rasa patriotisme
terhadap negaranya sendiri.
5. Hak-hak dari orang-orang
miskin harus dipenuhi.
Aturan-aturan ini adalah
bersumber dari ajaran Islam,
hanya islam lah yang dapat
mempresentasikan solusi
terbaik untuk menghadapi
krisis yang terjadi di dunia
sekarang. Takwa adalah suatu
keharusan jika kamu ingin
mendapatkan kemakmuran.
Tidak akan ada keselamatan
jika kita tidak mengacuhkan
firman Tuhan dan tidak
meyakini Imam Zaman.
Tidak ada komentar
Jika ada pertanyaan, sekedar sharing pendapat, dll, Silakan Isi komentar di bawah ini: